STAMET MAUMERE

Monday, June 22, 2015

PENGERTIAN

A.   Sifat Hujan
Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama 1 bulan dengan nilai rata-rata dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 kriteria :
1.      Atas Normal (AN); jika nilai perbandingannya lebih besar 115%.
2.      Normal (N); jika nilai perbandingannya antara 85% sampai 115%.
3.      Bawah Normal (BN); jika nilai perbandingannya kurang dari 85%.

B.  Curah Hujan
Satuan curah hujan adalah milimeter (mm), yang merupakan ketebalan air hujan yang terkumpul dalam tempat pada luasan 1 m2, permukaan yang datar, tidak menguap dan tidak mengalir.
  1. Rata-rata curah hujan bulanan :
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
  1. Normal curah hujan bulanan :
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
  1. Standar normal curah hujan bulanan :
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari :
§  1 Januari 1901 s.d. 31 Desember 1930
§  1 Januari 1931 s.d. 31 Desember 1960
§  1 Januari 1961 s.d. 31 Desember 1990
§  1 Januari 1971 s.d. 31 Desember 2000
4.   Kriteria intensitas curah hujan :
o   Hujan sangat ringan          : intensitas      <     5 mm dalam 24 jam
o   Hujan ringan                     : intensitas   5 –   20 mm dalam 24 jam
o   Hujan sedang                    : intensitas 20 –   50 mm dalam 24 jam
o   Hujan lebat                        : intensitas 50 – 100 mm dalam 24 jam
o   Hujan sangat lebat            : intensitas      > 100 mm dalam 24 jam
5.   Kriteria distribusi curah hujan bulanan :
o   Rendah                              :   0   – 100 mm
o   Menengah                         : 101 – 300 mm
o   Tinggi                                : 301 – 400 mm
o   Sangat Tinggi                    :        > 400 mm


KONTAK



Kontak Kami :
Email : bmkg.maumere@gmail.com

Informasi Meteorologi :
Telp. : +62-382  21349
Email : met_mof@yahoo.com

Stasiun Meteorologi Wai Oti Maumere (BMKG)
Jl. Angkasa Maumere Flores Telp : (0382) 21349 22967
P.O.BOX 100 Kode Pos 86118 Email : bmkg.maumere@gmail.com met_mof@yahoo.com

Pengelola Blog
Mulya   : 081332740626

Jimmy   : 081236843622

PROFIL KANTOR STASIUN METEOROLOGI KLAS III WAI OTI MAUMERE

STASIUN METEOROLOGI KLAS III WAI OTI MAUMERE
Stasiun Maumere adalah salah satu kantor BMKG yang terletak di Kabupaten Sikka - NTT. Dimana stasiun ini melayani berbagai hal seperti : pelayanan penerbangan, informasi data, prakiraan cuaca dan lain-lain. Disamping banyak tugas pokok lainnya. Seperti pengiriman data yang update setiap jam, update setiap tiga jam.
Kemudian di stasiun Maumere juga ada alat pendeteksi gempa. Yang mana alat ini lansung terhubung sama pusat gempa nasional yang mana nantinya dengan alat ini kemudian kami bisa memberikan informasi peringatan gempa. Disamping juga sudah ada peringatan dini tsunami, dimana dalam hal ini, BMKG bekerja sama dengan kantor BPBD. Urutannya kerjanya adalah, BMKG memberikan informasi gempa dan Tsunami, kemudian dari berita itu, BPBD akan memberikan peringatan melalui sirine yang terintegrasi dengan kantor BMKG pusat.
Itu adalah contoh-contoh pelayanan yang diberikan di Stasiun Meteorologi Klas iii Maumere. Dalam hal ini, kami berharap data-data kami bisa dimanfaatkan secera lansung oleh masyarakat. Para petani akan membutuhkan informasi prakiraan musim, untuk mulai bercocok tanam. Atau pun juga para nelayan akan membutuhkan data gelombang untuk memutuskan apakah bisa melaut atau tidak. sehingga dengan begini, pekerjaan masyarakat terbantu, dan apa yang kami usahakan bisa bermanfaat secara maksimal.
Disamping itu kami, melayani hotline selama 24 jam. Hal ini tentu saja untuk memudahkan user (pengguna) jika membutuhkan jasa kami. Sejauh ini, pelayanan ini baru dimanfaatkan oleh pihak maskapai yang selalu butuh update data pengamatan cuaca untuk jasa penerbangan.

Pada kesempatan ini, kami mengajak masyarakat untuk lebih melek terhadap informasi cuaca. Kami mengharapkan, masyarakat lebih banyak berinteraksi dengan kami. Tentu saja pelayanan kami masih sangat jauh dari kata sempurna. Alangkah baiknya jika masyarakat berperan aktif memberikan masukan, sehingga kami bisa lebih maju untuk kedepannya.

AWOS

AWOS (Automatic Weather observation System) merupakan alat pengamatan cuaca otomatis yang ditempatkan di bagian-bagian tertentu landasan pacu di suatu bandara. Pada umumnya AWOS dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama yaitu big AWOS yang memiliki sensor cuaca lengkap dan ditempatkan pada bandara-bandara dengan tingkat kesibukan tinggi. Sedangkan yang kedua adalah small AWOS yang memiliki sensor yang lebih sedikit yang disesuaikan dengan kebutuhan bandara terkait.
Perangkat AWOS yang dioperasikan Stasiun Meteorologi Wai Oti Maumere merupakan jenis small AWOS yang dirakit oleh Coastal Envinronmental System USA. AWOS tersebut diletakkan di runway bandara Frans Seda Maumere dengan tujuan untuk menunjang keselamatan pesawat terbang saat take off dan landing. Disamping itu data cuaca yang ditampilkan oleh AWOS dapat dijadikan sebagai pembanding alat-alat konvensional yang digunakan dalam pengamatan cuaca.
Untuk saat ini seluruh perangkat AWOS yang dioperasikan BMKG diseluruh Indonesia masih mengandalkan perangkat-perangkat dari luar negeri. Sehingga biaya yang dikeluarkan bisa terbilang mahal dan membuang banyak waktu dalam proses penginstalan perangkat. Diharapkan pada waktu yang akan datang BMKG dapat berkerjasama dengan produsen atau teknisi terampil dalam negeri demi terciptanya penggunaan teknologi dalam negeri yang tepat guna.
Berikut macam-macam sensor yang terdapat pada small AWOS.
    
           1.      Sensor angin, diletakkan pada ketinggian 10 meter dari permukaan             tanah serta jauh dari obstacle.


     


   
   2.      Sensor temperature dan kelembaban, alat ini dilengkapi dengan        blower udara agar menjaga sensor tetap kering.
  
    3.      Visibility dan present weather sensor, merupakan sensor yang           dapat memberikan informasi jarak pandang dan cuaca actual             pada   saat pengamatan.

   
   4.      Ceilometer, adalah alat yang menggunakan teknologi LIDAR          (light ditector and ranging) dengan pemandu laser pada sensornya    untuk mengetahui jumlah dan tinggi dasar awan disekitar runway.



5.      Barometer, atau pengukur tekanan udara dipasang pada kotak           FDCU berfungsi untuk mengetahui tekanan udara pada area             touchdown.



6.      Rain gauge atau penakar hujan, menggunakan prinsip typing         bucket untuk mengukur jumlah curah hujan yang jatuh                 kepermukaan.

            Diharapkan dengan adanya AWOS yang terpasang di bandara Frans Seda Maumere dapat menambah kemamanan dah kenyamanan dalam kegiatan penerbangan sehari-hari.


LIGHTNING DETECTOR



Gb2: kiri sensor, kanan monitor (lightning detector)
Pada sesi ini, kami ingin mengenalkan salah satu alat kami. Tentu saja kami memiliki peralatan yag sagat banyak. Asal kamu tahu saja ya, BMKG memiliki banyak peralatan. Dalam hal ini, alat-alat ini yang nantinya mempermudah kami dalam bekerja. Baik itu utuk observasi, maupun untuk forecast (prakiraan cuaca). Dimulai dari peralatan yang sederhana, seperti pengukur suhu, lama penyinaran matahari, penguapan sampai kepada peralatan yang modern seperti lightning detector, AWOS dan RADAR.
Seperti peralatan lainnya, peralatan ini memiliki kemempua khusus. Kemampuan dari peralatan ini addalah bisa mendeteksi listrik udara (petir). Dan mengetahui besarnya energi yang terjadi dari aktivitas listrik udara tersebut.
Kalau saya tidak salah, kita sudah belajar di IPA sewaktu SD. Bagaimana petir terbentuk. Berawal dari awan Cumulus nimbus. Awan ini adalah jenis awan hujan yang tinggi menjulang bisa sampai 10 KM. Biasanya awan ini berwarna agak gelap, bahka sampai hitam. Nah, didalam awan ini, ada muatan negative dan positive nya. Seperti kita membayangkan listrik yang memiliki eergi negative dan positifnya. Kalau negative dan positive ini digabungkan, maka akan terjadi konsleting. Nah, jadi petir itu sama seperti itu, yang kemudian menimbulkan bunyi dan kilatan.
Lalu mengapa kita selalu melihat kilatan terlebih dahulu, baru kemudian ada bunyi petir? Sebenarnya kilatan dan bunyi petir itu muncul bersamaan. Teteapi karena, kecepatan cahaya lebih cepat daripada kecepatan bunyi, sehingga kita terlebih dahulu melihat kilatan terlebih dahulu. Bahkan kita sering hanya melihat kilatan saja karena, suara petirnya tidak kedengaran karena jarak yang terlalu jauh.
Nah, alat ini, fungsinya untuk mengetahui keberadaan/ sebagai pendeteksi listrik udara yang dihasilkan oleh awan Cumulus Nimbus ini. Kemudian, kita juga bisa mengetahui besaran energi yang terdapat dari aktivitas ini.
Bagaimana cara kerja alat ini? Lightning detector ini bekerja real-time 24 jam. Cara kerja alat ini yaitu dengan menangkap frekuensi dari arus petir, dimana pada saat petir menyambar maka frekuensi gelombang dari petir tersebut yang berada pada lapisan ionosphere di tangkap oleh sensor dan dirubah kedalam bentuk data digital. Setelah ditampilkan dalam bentuk real-time tampilan,selanjutnya dari tampilan tersebut diconvert dalam bentuk data base (xls, xml, kml, kmz). out put data berupa :
• Tanggal kejadian petir.
• Jenis atau tipe petir.
• Jumlah petir dalam 15 menit ataupun 1 jam.
• Koordinat petir.