
Gb2: kiri sensor, kanan monitor (lightning detector)
Pada sesi ini, kami ingin mengenalkan salah satu alat kami. Tentu saja kami memiliki peralatan yag sagat banyak. Asal kamu tahu saja ya, BMKG memiliki banyak peralatan. Dalam hal ini, alat-alat ini yang nantinya mempermudah kami dalam bekerja. Baik itu utuk observasi, maupun untuk forecast (prakiraan cuaca). Dimulai dari peralatan yang sederhana, seperti pengukur suhu, lama penyinaran matahari, penguapan sampai kepada peralatan yang modern seperti lightning detector, AWOS dan RADAR.
Seperti peralatan lainnya, peralatan ini memiliki kemempua khusus. Kemampuan dari peralatan ini addalah bisa mendeteksi listrik udara (petir). Dan mengetahui besarnya energi yang terjadi dari aktivitas listrik udara tersebut.
Kalau saya tidak salah, kita sudah belajar di IPA sewaktu SD. Bagaimana petir terbentuk. Berawal dari awan Cumulus nimbus. Awan ini adalah jenis awan hujan yang tinggi menjulang bisa sampai 10 KM. Biasanya awan ini berwarna agak gelap, bahka sampai hitam. Nah, didalam awan ini, ada muatan negative dan positive nya. Seperti kita membayangkan listrik yang memiliki eergi negative dan positifnya. Kalau negative dan positive ini digabungkan, maka akan terjadi konsleting. Nah, jadi petir itu sama seperti itu, yang kemudian menimbulkan bunyi dan kilatan.
Lalu mengapa kita selalu melihat kilatan terlebih dahulu, baru kemudian ada bunyi petir? Sebenarnya kilatan dan bunyi petir itu muncul bersamaan. Teteapi karena, kecepatan cahaya lebih cepat daripada kecepatan bunyi, sehingga kita terlebih dahulu melihat kilatan terlebih dahulu. Bahkan kita sering hanya melihat kilatan saja karena, suara petirnya tidak kedengaran karena jarak yang terlalu jauh.
Nah, alat ini, fungsinya untuk mengetahui keberadaan/ sebagai pendeteksi listrik udara yang dihasilkan oleh awan Cumulus Nimbus ini. Kemudian, kita juga bisa mengetahui besaran energi yang terdapat dari aktivitas ini.
Bagaimana cara kerja alat ini? Lightning detector ini bekerja real-time 24 jam. Cara kerja alat ini yaitu dengan menangkap frekuensi dari arus petir, dimana pada saat petir menyambar maka frekuensi gelombang dari petir tersebut yang berada pada lapisan ionosphere di tangkap oleh sensor dan dirubah kedalam bentuk data digital. Setelah ditampilkan dalam bentuk real-time tampilan,selanjutnya dari tampilan tersebut diconvert dalam bentuk data base (xls, xml, kml, kmz). out put data berupa :
• Tanggal kejadian petir.
• Jenis atau tipe petir.
• Jumlah petir dalam 15 menit ataupun 1 jam.
• Koordinat petir.
No comments :
Post a Comment